BABI
I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1. A. LATAR BELAKANG MASALAH
Dalam diri setiap
manusia terdapat dua sumber kekuatan yang menggerakkannya untuk berbuat atau
bertingkah laku. Termasuk untuk mencintai atau dicintai. Dua sumber kekuatan
itu adalah akal dan budi di satu pihak, dan nafsu dipihak lain. Jadi, perasaan
cinta dapat dipengaruhi oleh dua sumber, yaitu perasaan cinta yang digerakkan
oleh akal budi dan perasaan cinta yang digerakkan oleh nafsu. Yang pertama disebut
cinta tanpa pamrih atau cinta sejati, sedangkan yang kedua disebut cinta nafsu
atau cinta pamrih.
Cinta kasih atau cinta
sejati adalah rasa cinta yang tulus dan tidak memerlukan atau menuntut balas.
Cinta adalah sikap,
sesuatu orientasi watak yang menentukan hubungan pribadi dengan dunia
keseluruhan, bukan menuju sesuatu objek cinta. Jika seseorang pribadi
hanya mencintai satu pribadi lain dan acuh tak acuh terhadap sesamanya yang
lain, cintanya bukanlah cinta, tetapi ikatan simbolik atau egoisme yang diperluas[1].
BAB II
PEMBAHASAN
1. A. ARTI CINTA KASIH
Menurut kamus umum
bahasa Indonesia karya W.J.S. Poerwadarminta, cinta adalah rasa sangat suka
atau sayang ataupun sangat kasih atau tertarik hatinya. Sedangkan kata kasih
artinya perasaan sayang atau cinta atau menaruh belas kasihan. Dengan demikian,
arti cinta dan kasih itu hampir sama sehingga dapat dikatakan kata kasih lebih
memperkuat kata cinta. Karena itu, cinta kasih dapat diartikan sebagai perasaan
suka atau sayang kepada seseorang yang disertai dengan perasaan belas kasihan.
Walaupun cinta dan
kasih mengandung arti yang hampir sama, keduanya memiliki perbedaan, yaitu
cinta lebih mengandung pengertian tentang rasa yang mendalam, sedangkan kasih
merupakan pengungkapan untuk mengeluarkan rasa, sifatnya mengarah kepada orang
yang dicintai. Dengan kata lain, bersumber dari cinta yang mendalam itulah
kasih dapat diwujudkan dengan kata sayang, kata ini mengandung pengertian lebih
nyata dalam wujud cinta seseorang.
Walaupun manusia
memiliki cinta kasih lebih dari hewan, tidak semua manusia dapat memberikan
cinta kasih yang sama banyaknya. Ada yang mampu memberikan cinta kasih dan ada
pula yang tidak.
1. B. KASIH SAYANG
Menurut kamus umum
bahasa Indonesia karangan W.J.S. Poerwadarminta, kasih sayang diartikan
perasaan cinta atau perasaan suka kepada seseorang.
Ada bermacam bentuk
kasih sayang, bentuk itu sesuai dengan kondisi penyayang atau disayangi.
Dalam kasih sayang
masing-masing pihak dituntut untuk memiliki tanggung jawab, pengorbanan,
kejujuran, saling mempercaya, saling pengertian, saling terbuka, sehingga
keduanya merupakan kesatuan yang bulat dan utuh.
1. C. PEMBAGIAN CINTA
A. Cinta kepada Allah
Mencintai Allah bukan
sebatas ibadah vertikal saja (mahdhah), tapi lebih dari itu ia meliputi segala
hal termasuk muamalah[2] . Keseimbangan antara
hablun minallah dan hablun minannas ini pernah di tekankan oleh Nabi Saw. dalam
sebuah hadits “Aku tidak menjadikan Ibrahim sebagai kekasih (khalil), melainkan
karena ia memberi makan fakir miskin dan shalat ketika orang-orang terlelap
tidur”. Jadi cinta kepada Allah pun bisa diterjemahkan ke dalam cinta
kemanusiaan yang lebih konkrit, misalnya bersikap dermawan dan memberi makan
fakir miskin.
Sikap dermawan inilah
yang dalam sejarah telah di contohkan oleh Nabi Muhammad SAW, Ali bin Abi
Thalib, dan sebagainya. Bahkan karena cintanya yang besar kepada Allah mereka
memberikan sebagian besar hartanya dan hanya menyisakan sedikit saja untuk
dirinya. Dalam hal ini Rasulullah Saw. pernah bersabda ketika ditanya
sahabatnya tentang kekasih Allah (waliyullah). Jawab beliau: “Mereka adalah
kaum yang saling mencintai karena Allah, dengan ruh Allah, bukan atas dasar
pertalian kerluarga antara sesama mereka dan tidak pula karena harta yang
mereka saling beri.” Menurut Nurcholish Madjid, yang di tekankan dalam sabda
Nabi tersebut adalah perasaan cinta kasih antar sesama atas dasar ketulusan,
semata-mata untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt.
1. Cinta Kepada Orang Tua
Anak merupakan buah
alami atas dasar cinta ibu dan ayah,status sebagai ayah dan ibu adalah status
mulia yang penuh dengan makna,cinta ibu kepada anaknya tak akan dapat
terhitung. Ibu susah payah mengandung dan merawat kita sedangkan kita sebagai
anak tidak mampu membalasnya.Cinta ayah kepada
anaknya menjaga keluarganya memberinya nafkah dengan bekerja siang dan malam untuk
memenuhi kebutuhan hidup keluarganya.Sungguh cinta orang tualah yang sangat
berarti dalam hidup ini cinta orang tua kepada anaknya tidak dapat di ragukan
lagi.
Dalam sebuah ayat
Al-Qur’an allah berfirman yang artinya:
” Dan kami perintahkan
kepada manusia (berbuat baik) kepada kedua orang tuanya, ibunya telah
mengandung dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah dan menyapihnya dalam dua
tahun,bersyukurlah kepada-Ku Dan kepada kedua orang ibu dan bapakmu hanya
kepada –Kulah kembalimu .”(Q.S Lukman:31-14).
1. Cinta terhadap Suami/Istri
Kehidupan suami-isteri
hendaklah dibina dengan kecintaan dan ketulusan. Al-Qur’an menghendaki cinta
yang tulus, bukan cinta yang semu cinta yang di damba adalah cinta yang
akar-akarnya menghujam ke dalam tanah. Sebuah keluarga yang diliputi
sifat-sifat seperti ini, niscaya akan dinaungi keridhaan Allah SWT[3] . Manusia manapun
hendaknya menjadikan rumah tangga Sayyidina Ali bin Abi Thalib dan Sayyidah
Fathimah as sebagi panutan yang ideal. Karena tidak terbantahkan lagi, rumah
tangga kedua manusia suci ini senantiasa dekat dengan rahmat Allah SWT.
Kehidupan suami isteri harus menjadi dua sahabat karib yang saling berbagi
manis pahitnya kehidupan, serta selalu menyelesaikan setiap problema
kehidupan dengan tangan dingin.
1. Cinta terhadap Saudara
Sebagaimana yang telah
kita ketahui saudara perempuan ataupun saudara laki-laki kita, lebih dekat
terhadap kita, dari pada orang lain, setelah orang tua kita. Maka jika kita
ingin membahagiakan kedua orang tua kita, bersikap sopan dan sayangilah mereka.
1. Cinta Erotis
Cinta erotis adalah
kehausan akan penyatuan sempurna dengan yang lainnya. Keinginan untuk bersatu
dan berteman dengan lawan jenis, untuk menghilangkan sepi atau untuk
menenangkan suatu naluri seksual. Cinta kasih dapat merangsang keinginan untuk
bersatu secara seksual. Namun apabila penyatuan fisis tadi tidak dilandasi oleh
cinta kasih maka hanya akan membawa pada penyatuan yang bersifat pesta pora dan
sementara saja. Cinta kasih erotis, apabila benar-benar sebuah cinta sejati,
mempunyai satu pendirian yaitu bahwa seseorang sungguh-sungguh mencintai dan
mengasihi dengan jiwanya yang sedalam-dalamnya dan menerima pribadi lawan jenisnya.
Cinta ini terjadi antara dua manusia berlainan jenis, yang ingin menyatukan
diri mereka untuk mengisi kekosongan hidup dan sebagai teman hidup dalam
mengarungi bahtera kehidupan.
1. Cinta terhadap Diri Sendiri
Kasih sesungguhnya
adalah sebuah tindakan yang selalu dimulai dengan mengasihi diri sendiri.
Bahkan, mengasihi diri sendiri sesungguhnya adalah dasar untuk mengasihi orang
lain. Kesalahan terbesar dalam memahami kasih adalah asumsi bahwa mencintai
diri sendiri itu tidak penting. Bahwa mencintai diri sendiri adalah sebuah
bentuk keegoisan. Dan bahwa kita harus mencintai orang lain di atas diri kita
sendiri. Konsep ini sering dianggap sebagai konsep yang indah dan mulia. Namun,
saya ingin mengatakan bahwa konsep ini keliru dan bahkan akan menyulitkan
tindakan kasih itu sendiri. Bukan hanya itu, konsep ini justru bertentangan
dengan hukum alam mengenai kasih.
1. D. HUBUNGAN CINTA KASIH dan MANUSIA dengan IBD
Manusia diharapkan
menghasilkan kebudayaan yang bermanfaat untuk kemaslahatan atau kebaikan umat
manusia. Dalam menciptakan kebudayaan ini diperlukan landasan cinta agar
hasilnya benar-benar untuk kemaslahatan namun cinta disisni cinta yang berpusat
pada Allah.
Karya yang dilandasi
cinta kasih yang benar akan lebih baik dari pada yang tidak menggunakan cinta.
Cinta hanya untuk menggapai ke Ridho-an Allah.
BAB III
PENUTUP
Demikianlah wujud
cinta terhadap sesama manusia yang harus kita tumbuhkan dalam hati nurani.
Cinta kasih atau cinta sejati adalah cinta kemanusiaan yang tumbuh dan
berkembang dalam lubuk sanubari setiap manusia, bukan dorongan suatu
kepentingan melainkan atas dasar kesadaran.
Cinta kasih meliputi
seluruh dunia, tanpa melihat suku bangsa, warna kulit, agama, dan sebagainya
dan tidak mengenal batas waktu.
Cinta kasih tidak
mengenal iri, cemburu, persaingan dan sebagainya. Yang ada adalah perasaan yang
sama dengan perasaan yang ada pada orang yang dicintai, mengapa? Karena dirinya
adalah diri kita, gembiranya adalah gembira kita. Bagi cinta kasih pengorbanan
adalah suatu kebahagiaan. Sebaliknya, ketidakmampuan membahagiakan atau paling
tidak meringankan beban yang dicintai atau dikasihi adalah suatu penderitaan.
Daftar Pustaka
1) M.
Munandar Soelaeman. 2001. Ilmu Budaya Dasar Suatu Pengantar. Bandung. Refika
Aditama
2) Drs.
Joko Tri Prasetya, Dkk. 2009. Ilmu Budaya Dasar. Jakarta. Rineka Cipta
3) M.
Habib Mustopo. 1983. Ilmu Budaya Dasar: Manusia dan Budaya Kumpulan Essay.
Surabaya. Usaha Nasional
4)
Ali Qalmi.2002.Singgasana Para Pengantin.Bogor. Cahaya
0 komentar:
Posting Komentar